Senin, 23 November 2015

Pendakian Gunung Prau 11-12 Mei 2015



Oke guys.. kali ini aku akan berbagi pengalaman ketika mendaki ke Gunung Prau.
Perlu kalian tahu Gunung Prau terletak di Dataran Tinggi Dieng, Wonososbo, Jawa Tengah. Gunung yang memiliki ketinggian 2565 mdpl ini  memiliki keindahan yang luar biasa. Di puncak gunung ini kalian akan melihat lima gunung sekaligus, ada Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, dan Andong. Sungguh menakjubkan ! saya rekomendasikan guys buat kalian pecinta alam buat kesana.

Setelah pengumuman SNMPTN tanggal 9 Mei, tepatnya Senin, 11 Mei 2015, aku berkumpul bersama teman-temanku pukul 14.00 WIB. Mereka adalah teman-teman yang aku kenal sejak SMP. Semua total anggota kami 10 orang, 5 cewek dan 5 cowok. Karena belum pada datang semua, sambil nunggu kita persiapan barang-barang yang perlu dibawa. Kita berangkat pukul 15.00 WIB naik motor sehingga pas 5 motor masing-masing boncengan. Jangan lupa isi bensin dulu guys. Yahh.. Karena antri tepatnya ya kita berangkat setengah jam kemudian. Sebenarnya jika perjalanan lancar dari Magelang-Wonosobo sekitar membutuhkan waktu 3 jam perjalanan dan karena jalur yang kita lewati bukan Sapuran tapi Temanggung. Sebenarnya kalo lewat Sapuran lebih cepat. Tapi karena temanku tahu nya yang jalan yng lewat Temanggung ya sudah ikuti dan nikmati saja, hehe.. ^^. Sengaja kita memilih jalan yang tidak terlalu menanjak dan berliku-liku. Kebetulan dalam perjalanan kami ada sedikit trouble dan kebetulan juga pas motor yang aku naiki ban nya bocor sehingga perjalanan kita memakan waktu sekitar 5 jam karena sambil menunggu proses tambal ban kami shalat maghrib terlebih dahulu.
Sekitar jam 20.00 kita sampai basecamp. Untuk biaya masuk dan penitipan motor dan helm dikenakan biaya 10.000 masing-masing orang. Agak persisnya aku lupa berapa ^^. Setelah istirahat dan persiapan yang matang akhirnya kita berangkat jam 21.00 dan perjalanan dimulai.
Udara dingin menyapa kami dan angin malam yang begitu terasa. Perjalanan awal kebanyakan masih dikelilingi dengan tanaman sayur-sayuran warga. Selang beberapa meter ada gubuk warga yang kami gunakan untuk istirahat sejenak untuk sekedar minum atau makan gula jawa untuk menambah energi. Perjalanan terus berlanjut menuju pos 1 yang namanya “Sikut Dewo”. Sampai di pos, sejenak kami beristirahat untuk minum sambil menikmati suasana malam. Tiupan angin yang kencang semakin membuat kami kedinginan dan suara angin menemani istirahat kami. Sesekali kami usil dengan berteriak, hehe.. . Perjalanan berlanjut dengan penerangan senter yang kami bawa masing-masing. Semakin malam perjalanan tidak begitu terasa. Kami menikmati perjalanan di saat kebanyakan orang sedang tertidur lelap. Tidak terasa perjalanan semakin menanjak. Jalan yang kami lewati sebagian ada yang berbatu dan cukup menanjak sehingga kami harus berhati-hati. Apalagi semakin berjalannya waktu penerangan yang kami bawa semakin lemah. Senterku mulai redup meski jalan masih sedikit terlihat.
Perjalanan tak terasa hingga kami tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tepat waktu itu kami bertistirahat untuk minum dan menambah tenaga lagi dengan gula jawa. Perjalanan demi perjalanan ternyata kami telah melewati pos 2, namanya “Canggal Walangan”. Kami juga tidak tahu kenapa nama pos di sini aneh-aneh dan kami tidak tahu artinya. Sejenak kami juga bencanda untuk menghangatkan suasana atau kami bernostalgia pada masa-masa SMP kami. Sungguh momen-momen yang tidak bisa dilupakan. Semangat kami menuju Sunrise Camp terisi kembali. Semangat !!! Medan yang kami lewati menuju pos 3, “Cacingan” hampir sama seperti menuju pos 2. Kami melewati beberapa tangga hingga sampai pos 3. Selesai melewati pos 3, perjalanan begitu datar dan kami berjalan sambil menikmati indahnya bulan yang menerangi perjalanan kami. Apalagi penerangan yang kami bawa  sudah benar-benar mulai redup. Hanya tinggal satu milik temanku, Ambon kami biasa akrab memanggilnya. Namun sebagai teman aku tak biasa dengan panggilan itu, aku tetap memanggilnya Firman namanya. Meski kulitnya hitam sehingga banyak teman memanggilnya Ambon, bagiku tak masalah.
Begitu jalan datar, kami sangat senang karena pertanda bahwa sunrise camp sudah tidak jauh lagi. Dan benar, selang beberapa menit kami sampai di tempat untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Kami tiba sekitar pukul 1 lebih. Begitu sampai kami langsung mendirikan tenda. Aku dan teman-temanku yang cewek kami duduk dan malah tidak membantu mendirikan tenda. Hehe.. maklum lah.. sesekali kami mendengar anak-anak di tenda lain yang belum tidur. Mereka masih asyik mengobrol. Tenda jadi, kamipun beristirahat.
Tak terasa aku bangun waktu menujukkan hampir pukul 5. Aku ingat bahwa sebenarnya aku harus menjalankan shalat shubuh. Tapi karena di sini tidak ada sumber air sehingga aku tidak jadi shalat. Sambil keluar ternyata sudah banyak orang yang berdiri di luar. Mereka menunggu sunrise. Aku pun ikut dengan mereka, tak lupa aku mengambil kamera sambil membangunkan teman-temanku agar tak melewati momen-momen ini. Kami berfoto bersama sambil menunggu matahari memunculkan dirinya. Canda tawa menghiasi suasana di sini. Begitu pun para pendaki yang lain. Sungguh bahagia rasanya. Semua tak terbayarkan dengan perjalan yang telah kita lewati. Mulai dari perjalanan berangkat yang ada sedikit problem, perjalanan pendakian, hingga akhirnya yang kita nanti nantikan tiba. Inilah sunrise yang kami tunggu. Waktu ini benar-benar sangat kami manfaatkan untuk berfoto. Ada yang selfie, ada yang foto sendiri, dan bareng-bareng, dan malah ada dua orang temanku yang malah masih tidur. Mungkin mereka sudah bosan karena sudah pernah ke sini sebelumnya. Hanya kata subhanallah yang bisa menggambarkan indahnya alam ini. Inilah yang membuat aku bahagia karena ingat bahwa bukan hanya menikmati keindahan alam saja tapi lebih utama mengingat siapa yang menciptakan alam semesta dan siapa yang memberikan kami kenikmatan berupa mata yang dapat memandang indahnya cipataan-Nya. Subhanallah..


Ini lah fotoku, sayang karena jujur aku tidak begitu pandai memainkan kamera, hasilnya tidak sesuai dengan aslinya. :D . Kalian gunung apa yang ada di belakangku ? sebelah kanan ku Gunung Merbabu, sebelah kiri Gunung Merapi dan sebelahnya ada Gunung Andong yang ada di Magelang. Sebenarnya masih ada dua gunung lagi, sayang enggak ke foto.




Senin, 16 November 2015

Be Your Best Self

Nah.. kemarin sudah post tentang life mapping, bagaimana kita merencanakan target-target dalam kehidupan kita. Kali ini kita akan berbagi tentang "Be Your Best Self" atau menjadi diri sendiri yang terbaik

Be Your Best Self itu apa ?

Be Your Best Self adalah ketika kita menjadi diri kita sendiri apa adanya dan ketika menjadikan diri kita menjadi yang terbaik. Buat kita biar bisa menjasi be your best self gimana sih ? ada beberapa langkah yang perlu kita ketahui supaya kita bisa menjadikan diri kita menjadi lebih baik. 
1. Who am I ?
Pertama, kita harus mengenali diri kita sendiri, mengenali potensi diri, mengenali kelebihan dan kekurangan. Tanyakan pada diri kamu sendiri siapa dirimu yang sebenarnya ? apa pontensi yang kamu miliki ? bagaimana kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki ? dengan mengetahui potensi, dan yang lainnya maka kita bisa mengembangkan potensi yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.
2. Different is power
Perbedaan adalah kekuatan. Kita harus memiliki perbedaan yang menjadi ciri khas dari diri kita. Perbedaan yang akan menjadi identitas diri sehingga orang akan mudah mengenali diri kita. Contohnya seperti kita tahu bahwa Chrisye adalah seorang penyanyi, Budi Anduk sebagai komedian. Tidak bisa jika seorang Budi Anduk bisa bernyanyi seperti Chrisye. Inilah yang dinamakan perbedaan. jadi kita harus memiliki sebuah pembeda diantara dengan yang lain yang akan menjadi ciri khas dari diri kita sehingga mudah dikenali oleh orang lain. pembeda yang dimaksud di sini adalah pembeda dalam hal potensi.

                       Lima manfaat menjadi diri sendiri :
a)      Hidup dalam batas kepercayaan yang kita anut
b)      Membangun brand diri kita
c)      Menumbuhkan keberanian
d)     Mampu mengukur diri sendiri
e)      Lebih mudah fokus dalam mencapai tujuan hidup
Beberapa tips menjadi diri yang terbaik :
a)      Menerima diri apa adanya
b)      Memaafkan kesalahan masa lalu
c)      Pahami bahwa semua orang punya kelebihan dan keunikan
d)     Bangga terhadap diri sendiri namun jangan sampai ujub
e)      Sediakan “me time” sepekan sekali

Senin, 09 November 2015

Life Mapping



Tahukah kalian apa life mapping itu ?  Life mapping adalah bagaimana kita mempersiapkan rencana untuk kehidupan kita sehingga sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai. Dalam Q.S. al-Hasyr : 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil hikmahnya yaitu :
1.      Rencana
Jelas bahwa ayat tersebut memerintahkan manusia untuk membuat atau memiliki rencana terhadap apa yang akan dikerjaknnya. Rencana dapat berupa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
2.      Taqwa
Sebaik-baik rencana yang kita buat belum tentu terjadi sesuai dengan yang kita inginkan sehingga senantiasa kita harus selalu memasrahkan segala sesuatu kepada Allah swt. Manusia boleh berencana tapi takdir Allah lah yang menentukan. Oleh karena itu, dengan adanya perencanan ini keimanan dan ketaqwaan kita harus semakin bertambah.
Sebagai mahasiswa kita harus memiliki perencanaan, misalnya  perencanaan 4 tahun ke depan apa yang harus bisa dicapai, dan target-target yang lain. Perencanaan dapat dilakukan 10 tahun ke depan, 20 tahun ke depan, dan 50 tahun ke depan. Life mapping itu terdiri dari berbagai aspek yaitu pendidikan, kesehatan, relasi/hubungan, sosial, karir, dan traveling. Dalam hidup ini kita harus punya target dalan bidang-bidang tersebut. Misalnya 4 tahun lagi saya harus wisuda, atau tahun ini saya harus ikut organisasi. Semua aspek ini saling membutuhkan sehingga sangat penting dalam menunjang target-target kita.
Ada beberapa tips dalam life mapping :
1.      Mengenali passion diri
2.      Mengenali relasi dan potensi relasi
3.      Mengetahui apa  kita sendiri yang ingin dicapai dalam hidup
4.      Menentukan tujuan hidup kita
Selain itu, ketika kita sudah mampu mencapai suatu target meski hanya sebuah kemenangan kecil wajib bagi kita untuk bersyukur. Dengan bersyukur maka akan memotivasi kita untuk mengerjakan hal-hal berikutnya. Kunci dari kesuksesan adalah tekun, konsisten ataupun istiqomah dan berdo’a. Berdo’a memohon kepada Allah untuk kelancaran segala yang ingin dicapai. Dan kita harus mampu bermimpi setinggi   mungkin. Karena jika suatu saat mimpi tidak tercapai seperti inginkan setidaknya kita jatuh tidak jauh dari apa yang kita targetkan. Selalu ingat bahwa usaha tidak akan mendustai hasil.

Senin, 02 November 2015

contoh makalah evaluasi pilpres 2004



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu sarana perwujudan demokrasi di Indonesia. Pemilu terbagi menjadi dua yaitu pemilihan secara langsung dan pemilihan secara tidak langsung. Pemilihan langsung meliputi pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) dan pemilihan kepala daerah (pilkada). Pada tahun 2004, Indonesia pertama kali melaksanakan pemilu yang melibatkan rakyat secara langsung. Sebuah hajat besar yang sangat kompleks karena dalam tahun tersebut terjadi tiga kali pemilihan sekaligus. Berkat kerja keras dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara, pemilu dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Tentu meskipun banyak yang pujian atas keberhasilan dari Pemilu 2004 bahkan dari dunia internasional, kita tidak boleh lupa bahwamasih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki agar tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Sebagai sarana demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat seharusnya pemilu berperan dalam menyalurkan aspirasi dari masyarakat. Pemilu memiliki asas Luberjurdil yaitu langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil.Dari hasil Pemilu 2004, perlu kita evaluasi bagaimana penyelenggaraan pemilu sudah sesuaikah dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sudah sesuaikah dengan asas pemilu, dan apakah sudah sesuai dengan harapan dari rakyat. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai evaluasi-evaluasi pada Pemilu Presiden 2004.
B.     RumusanMasalah
1.      Bagaimanahubungan pemilu dengan negara demokasi dan negara hukum di Indonesia ?
2.      BagaimanaPemilu 2004 dilihatdarisisi proses dansisihasilnya ?
3.      Bagaimana evaluasi Pemilu 2004 ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui dan memahamihubungan pemilu dengan negara demokasi dan negara hukum di Indonesia
2.      Mengetahui dan memahamipemilu 2004 dilihat dari sisi proses dan sisihasilnya
3.      Mengetahui dan memahami evaluasi Pemilu 2004


BAB II
ISI
A.    PengertianPemilu
Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila (Demokrasi Pancasila) dalam Negara Republik Indonesia.Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi (demokrasi berarti bahwa kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat). Hal ini dipertegas lagi oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Dengan demikian rakyatlah yang berdaulat, yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara untuk menentukan cara bagaimana ia harus diperintah. Pelaksanaan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat yang dilakukan dengan kedaulatan rakyat.[1] Dalam hal ini di Indonesia dilimpahkan kepada DPR yang menjadi inti dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai wakil rakyat.
B.     Pemilu, Demokrasi, dan Negara Hukum
Pemilu mempunyai hubungan erat dengan prinsip demokrasi dan prinsip hukum sebagai prinsip-prinsip fundamental yang banyak dipergunakan di negara-negara modern.
Pemilu berhubungan erat dengan demokrasi karena sebenarnya pemilu merupakansalah satu cara pelaksanaan demokrasi. Pemilu dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemilu secara langsung berarti melibatkan rakyat secara langsung. Selama ini tidak ada suatu negara yang melaksanakan demokrasinya secara langsung karena terlalu luas wilayah, banyaknya jumlah penduduk dan lainnya sehingga banyak negara-negara modern yang melaksanakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.[2] Di Indonesia DPR merupakan wakil-wakil rakyat dipilih melalui pemilu yang dinilai sebagai lembaga yang menyalurkan aspirasi dari rakyat.
Pemilu juga memilki kaitan erat dengan prinsip negara hukum sebab melalui pemilu rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang berhak membuat produk hukum dan melakukan pengawasan atau pelaksanaan kehendak-kehendak rakyat yang digariskan oleh wakil-wakil rakyat tersebut. Selain itu, prinsip negara hukumyang terlihat dalam pemilu yaitu adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, persamaan di depan hukum dan pemerintahan, serta pemilu yang bebas.[3]
C.     Sistem Pemilu
Berdasarkan sejarah pelaksanaan pemilu di berbagai negara, terdapat tiga macam sistem pemilu (electoral laws), yaitu sistem mayoritas (majority types), sistem pluralitas (plurality types) yang biasa disebut sistem distrik, dan sistem perwakilan berimbang (proportional representation).
Di dalam sistem mayoritas, parrtai yang memenangkan dalam pemilu adalah partai yang mampu mengalahkan semua partai lawan-lawannya. Sedangkan dalam sistem pluralitas (sistem distrik),pemenang pemilu adalah partai yang memperoleh suara yang relatif lebih besar dari partai-partai lain tanpa harus mengalahkan secara mutlak melalui pemenangan atau kombinasi partai-partai lawan. Di dalam sistem distrik ini wilayah negara dibagi atas sejumlah distrik (sesuai dengan jumlah kursi yang akan diperebutkan di parlemen) dan kursi pada setiapdistrik diambil oleh partai atau calon yang memperoleh suara terbanyak di distrik tersebut. Kelemahan sistem distrik ini adalah terjadinya suara pemilih yang terbuang atau tidak terwakili karena pemilih yang bersangkutan memberikan suaranya kepada partai yang ternyata kalah. Kelemahan lain sistem distrik adalah terjadinya fenomena over dan under representationyakni adanya ketidakseimbangan antara jumlah suara yang diperoleh dan jumlah kursi yang diperoleh partai-partai pada tingkat nasional. Dengan over representation dimaksudkan bahwa partai tertentu dapat memperoleh kursi yang lebih banyak dibandingkan dariapada partai lain yang sebenarnya suaranya lebih banyak sehingga partai tersebut dapat dipandang memperoleh berkah over representation; sebaliknya, partai yang suaranya lebih banyak tapi jumlah kursinya pada tingkat nasional lebih sedikit dapat disebut menderita over representation.[4]
Sistem pemilu di Indonesia, dalam hal ini pemilihan presiden yang dipilih langsung oleh rakyat memiliki sejumlah aspek positif dalam mendorong perubahan politik dan demokrasi.Pertama, pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat memberikan basis legitimasi yang kuat bagi presiden.Kedua, didukung oleh legitimasi yang kuat dari rakyat, presiden tak perlu terikat oleh fraksi-fraksi politik di lembaga legislatif. Konsekuensi dari sistem pemilihan presiden secara langsung, presiden tidak lagi mudah dijatuhkan oleh lembaga legislatif hanya karen pertimbangan atau alasan politis sebagaimana yang pernah dialami oleh Presiden Wahid 2002.Ketiga, pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat memberikan kesempatan kepada setiap warga negara (pemilih) untuk memberikan penilaian calon-calon presiden,dan karenanya mendorong dan sekaligus menuntut kematangan politik rakyat dalam partisipasi menentukan pergantian pemerintahan. Keempat, sistem pemilihan presiden secara langsungoleh rakyat mengurangi distorsi suara rakyat sehingga terhindar dari praktek ‘membeli kucing dalam karung’.Kelima,pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat relatif melemahkan insentif praktek-praktek penggunaan kekuatan politik uang dibanding bila sistem itu diserahkan pada anggota MPR yang jumlahnya terbatas.[5]
Namun, tidak dapat dipungkiri Pemilu 2004 yang diselenggarakan langsung memiliki makna yang berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu 2004, pemilih dimungkinkan memilih secara langsung calon presiden dan wakil presiden tanpa melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Perubahan makna “langsung” jelas menegaskan kepentingan atas perlunya memperoleh wakil rakyat dan wakil daerah, serta presiden dan wakil presiden dengan dukungan yang kuat dari rakyat. Dengan kata lain, sistem pemilihan presiden secara langsung merupakan upaya mengembalikan kedaulatan pada rakyat. Tetapi, ditengarai perubahan tersebut belum disertai dengan perubahan paradigma: kedaulatan rakyat masih disiasati oleh elit politik demi melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, banyak peraturan perundang-undangan yang dihasilkan oleh legislator cenderung berpihak dan privilege kepada elit. Ini tercermin dari berbagai ketentuan, baik dalam konstitusi maupun undang-undang pemilu, serta keterkaitannya satu sama lain.[6]
D.    Penyelenggaraan Pemilu 2004
1.      Pemilu 2004 Dilihat dari Sisi Proses
Pemilu 2004 dapat dikatakan sukses dilihat dari prosesnya, karena telah berlangsung secara demokratis, aman, tertib, dan lancar, serta jujur dan adil, meskipun kita harus mengakui bahwa di sana-sini masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan ini tidak hanya diakui oleh Bangsa Indonesia, tetapi juga diakui oleh masyarakat internasional. Hal ini terlihat antara lain pernyataan Jimmy Carter, Direktur The Carter Center, sebagai berikut:
Kami mengucapkan selamat kepada rakyat dan pemimpin Indonesia atas pelaksanaan Pemilu 2004. Hingga saat ini delegasi kami memberikan penilaian yang positif atas Pemilu tersebut. Kami sangat senang suasana damai yang terjadi selama Pemilu Legislatif Indonesia pada April hingga berlanjut pada Pemilu Presiden. Pada saat yang sama kami merasa prihatin mengenai besarnya jumlah surat suara yang tidak sah di banyak TPS di berbagai tempat di Indonesia dan perlunya langkah-langkah yang efektif, tepat waktu, dan transparan untuk mengatasi masalah ini.
Selanjutnya, Glyn Ford, Ketua Pemantau dari Uni Eropa mengatakan:
Pemilu di Indonesia dalah yang terkompleks di dunia, di mana ada tiga kali pemilihan. Sebagai negara Islam terbesar di dunia dan negara demokrasi ketiga di dunia, Indonesia mempunyai peran penting bagi masyarakat Uni Eropa dan dunia.”
Dengan adanya pujian-pujian tersebut, kita tidak boleh lupa diri, karena secara jujur harus kita akui, bahwa dalam Pemilu 2004 masih terdapat kekurangan-kekurangan, yang harus kita perbaiki, untuk dapat mewujudkan Pemilu yang lebih berkualitas di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:
1)      Kurang akuratnya data pemilih
2)      Keterlambatan dan kekeliruan pendistribusian logistik pemilu
3)      Pencoblosan ganda/tembus ke halaman belakang surat suara
4)      Relatif besarnya jumlah surat suara yang dinyatakan tidak sah
5)      Para saksi yang tidak kredibel
Semua kekurangan tersebut tidak mengurangi integritas dari pemilu itu sendiri, namun ke depan harus diperbaiki agar bisa diwujudkan pemilu yang lebih berkualitas. Kekurangan-kekurangan tersebut tetap saja terjadi, walaupun penyelenggara Pemilu yaitu KPU beserta jajarannya telah berusaha sebaik mungkin, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan antara lain karena kompleksnya Pemilu 2004 tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Glyn Ford. Kompleksitas Pemilu 2004 dapat dilihat dari fakta-fakta berikut:
1)      Pemilu 2004 diselenggarakan tiga kali pemilihan dalam satu tahun denganjumlah penduduk 214.831.403 jiwa, pemilih sebanyak 145.637.600 jiwa, TPS sebanyak 556.059 buah dan diikuti oleh 24 (dua puluh empat) Partai Politik
2)      Jumlah kursi yang diperebutkan dalam Pemilu 2004 adalah:
a.       Kursi anggota DPR sebanyak 550 kursi, dengan Daerah Pemilihan (DP) sebanyak 59 buah
b.      Kursi anggota DPRD Provinsi sebanyak 1.859 kursi, dengan Daerah Pemilihan (DP) sebanyak 210 buah
c.       Kursi anggota DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 14.290 kursi, dengan Daerah Pemilihan (DP) sebanyak 1.743 buah
d.      Kursi anggota DPD sebanyak 128 kursi, dengan Daerah Pemilihan (DP) sebanyak 32 buah
3)      Jumlah surat suara yang diperlukan pada Pemilu 2004 adalah sebanyak 671.816.150 lembar
4)      Aparat yang terlihat langsung dalam penyelenggaraan pemilu 2004 adalah sebanyak 5.460.749 orang, yang terdiri dari:
a.       Komisi Pemilihan Umum (KPU),       : 9 orang
b.      Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi,                                              : 150 orang
c.       Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten/Kota,                                 : 2.080 orang
d.      Panitia Pemilihan Kecamatan
(PPK),                                                 : 25.570 orang
e.       Panitia Pemungutan Suara (PPS),       : 213.831 orang
f.       Kelompok Pelaksana Pemungutan
Suara (KPPS),                                     : 5.219.109 orang
5)      Meliputi wilayah Administratif Pemerintahan:
a.       Provinsi,                                              : 30 Provinsi
b.      Kabupaten/Kota,                                 : 416 Kabupaten/Kota
c.       Kecamatan,                                         : 5.114 Kecamatan
d.      Desa/Kelurahan,                                  : 71.277 Desa/Kelurahan
Dalam hal ini belum termasuk pegawai Sekretariat, sebagai pendukung penyelenggara pemilu, faktor-faktor inilah yang antara lain menjadi penyebab timbulnya kekurangan-kekurangan pada Pemilu 2004, namun demikian hal ini tidak dapat dijadikan alasan pemaafan sehingga hal tersebut terulang lagi pada pemilu yang akan datang. Tugas kita bersama adalah memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut agar dapat diwujudkan pemilu yang lebih berkualitas.[7]
2.      Pemilu 2004 Dilihat dari Sisi Hasil
Pemilu 2004 apabila dilihat dari sisi hasilnya, secara jujur kita harus mengakui bahwa hasilnya belum sesuai dengan harapan masyarakat, karena ternyata wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai anggota DPR dan DPRD belum mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat yang diwakilinya dan juga belum mampu meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia internasional. Mereka sangat lamban merespon masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat dan dalam pembahasan suatu rancangan undang-undang, sering berlarut-larut karena terlibat dalam perdebatan-perdebatan yang diwarnai oleh kepentingan pribadi dan golongan. Undang-undang yang dihasilkan sering tidak memihak kepada kepentingan rakyat. Disamping itu, DPR dan DPRD dalam bertindak baik sebagai lembaga maupun sebagai anggota, sering lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan daripada kepentingan rakyat. Tidak jarang terjadi, anggota dewan yang terhormat melakukan perbuatan yang tercela, yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat nya sebagai anggota dewan, seperti melakukan perbuatan korupsi, pelecehan seksual, perselingkuhan, penyalahgunaan narkoba, penipuan, dan perbuatan tercela lainnya.
Kesalahan yang menyebabkan kurang berkualitasnya hasil Pemilu 2004 sering ditimpakan kepada KPU sebagai penyelenggara pemilu karena KPU dianggap tidak mampu menyeleksi calon anggota dengan baik sehingga meloloskan calon-calon yang tidak berkualitas. Dalam hal ini, kita harus mampu menilai dengan jernih dan objektif sehingga kesalahan ini ditimpakan sepenuhnya kepada KPU beserta jajarannya sebagai penyelenggara Pemilu. Tugas KPU beserta jajarannya hanya melakukan verifikasi terhadap persyaratan calon-calon yang diajukan oleh Partai Politik peserta Pemilu. KPU melakukan verifikasi terhadap para calon berdasarkan syarat formal (administratif), sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Mengenai kualitas moral, kualitas intelektual, dan keterampilan profesional yang dimiliki oleh seorang calon, tidak bisa diukur oleh KPU berdasarkan syarat-syarat formal, karena syarat-syarat tersebut lebih menekankan pada aspek formal semata, tanpa bisa mengukur aspek substansialnya. Mengenai syarat substansialnya seharusnya parpollah yang lebih tahu, karena parpol telah melakukan pembinaan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, apabila kita ingin pemilu menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas maka parpol harus menyusun daftar calon berdasarkan kualitas moral, intelektual, dan keterampilan profesional.[8]
E.     Evaluasi Kampanye Pilpres 2004
1.      Wiranto-Salahuddin Wahid
Kampanye yang dilakukan oleh pasangan inibanyak melakukan pelanggaran, juga sering tidak memberikan rasionalisasi terhadap pencalonannya sebagai presiden dan wakil presiden. Kampanye yang dilakukan banyak menonjolkan ketokohan dan simbolisasi dari masyarakat yang cenderung masih kental dengan komunalitasnya. Selain itu, dalam orasinya pasangan ini berjanji akan menciptakan kesejahteraan dan keamanan serta menangkap koruptor besar. Akan tetapi janji tersebut tidak didukung dengan langkah konkret atau proses-proses bagaimana agar yang dijanjikan terwujud. Sehingga apa yang disampaikan merupakan janji yang tidak realistis mengingat kondisi bangsa yang sangat terpuruk.[9]
2.      Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi
Pasangan ini merupakan pasangan yang kurang baik dalam menyampaikan visi dan misinya, yang tampak dalam berbagai kesempatan. Megawati merupakan kandidat calon presiden yang paling sulit dimengerti karena cara berkomunikasinya kaku dan tekstual. Di sisi lain, pasangan ini banyak menonjolkan simbol ketokohannya daripada konsep pemerintahannya ke depan jika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
3.      Amien Rais-Siswono Yudohusodo
Disamping menonjolkan ketokohannya, pasangan ini telah melakukan manipulasi perilaku politiknya yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Amein yang sejak awal dikenal sebagi tokoh yang kritis, namun dalam kampanye Pilpres 2004 banyak merubah perilakunya yang kemudian cenderung mengikuti alur. Ciri khas yang selama ini ditunjukkan hilang, tidak lagi menjadi sosok penggerak dinamika politik di negeri ini.[10]
4.      Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla
Pasangan ini dengan slogannya “bersama kita bisa” lebih defensif dibanding pasangan yang lain, namun pasangan ini juga lebih menonjolkan sosok figur dan citra seorang SBY yang dibuat bersahaja dan berwibawa. Sosok SBY dengan tampilan fisiknya yang modis dijadikan bahan kampanye untuk menarik simpati masyarakat. Tampak bahwa hal ini berorientasi pada kepentingan jangka pendek.
5.      Hamzah Haz-Agum Gumelar
Disamping banyak mengumbar janji-janji seperti pasangan lain, pasangan ini banyak menonjolkan ketokohannya daripadaprogram-programnya. Dalam menonjolkan sikapnya, pasangan ini lebih eksklusif dan cenderung mengedepankan simbol-simbol ke-islam-an yang ditunjukkan oleh Hamzah Haz. Simbol-simbol yang melekat pada diri Hamzah dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih serta makin kentalnya masyarakat dengan tingkat komunalitas yang cukup tinggi.[11]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang berlangsung dengan demokratis, jujur, dan adil. Meskipun begitu, terdapat banyak kekurangan dalam penyelenggaraan pemilu yang dapat dilihat dari sisi proses dan sisi hasilnya. Terdapat banyak kompleksitas masalah yang menyebabkan terjadinya banyak kekurangan pada pemilu tahu tersebut. Namun kita patut berbangga atas terselenggara Pemilu 2004 karena meski baru pertama kali pemilu yang langsung dipilih oleh rakyat dapat berjalan dengan sukses.
B.     Saran
Dari pembahasan di atas kami mengharapkan bahwa dengan adanya evaluasi-evaluasi Pemilu 2004 maka menjadi pedoman untuk pemilu di masa yang akan datang sehingga tidak  terulang kembali kesalahan-kesalahan. Kekurangan-kekurangan pada Pemilu 2004 menjadi motivasi bagi bangsa ini agar dalam menyelenggarakan pemilu menjadi lebih baik lagi dan lebih berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali. 2009. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Ismanto, Ign. 2004. PemilihanPresidensecaraLangsung 2004. Jakarta: KPU
Kansil.1986. MemahamiPemilihanUmumdan Referendum. Jakarta: IND-HILL-
CO Jakarta
Koirudin. 2004. Kilas Balik Pemilihan Presiden 2004. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mahfud, Moh. 1999.  Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogyakarta: Gama
Media


[1]Kansil, MemahamiPemilihanUmumdan Referendum, (Jakarta: IND-HILL_CO Jakarta, 1986), hlm. 1-2
[2] Dr. Mohh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gama Media, 1999), hlm. 219-220
[3] Ibid., 221-222
[4]Ibid., 223-225
[5]Ign Ismanto, Pemilihan Presiden secara Langsung 2004, (Jakarta: KPU, 2004), hlm. 32-33
[6]Ibid., hlm. 39-40
[7]Prof. H. Rozali Abdullah, S.H., Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, (Yogyakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009), hlm. 4-7
[8] Ibid., hlm. 7-9
[9]Koirudin, Kilas Balik Pemilihan Presiden 2004, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 193-194
[10]Ibid., hlm. 195-198
[11]Ibid., 200-203

kenapa???

kenapa?? selalu orang lain melihat dari apa yang nampak saat ini, ia tak pernah melihat bagaimana proses yang telah dilakukan sebelumnya. ...